Down Syndrome dan Sel Punca
“21 Maret merupakan hari Down Syndrome Sedunia”.
Down Syndrome
sendiri adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada
anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromoson. Kondisi ini terjadi
karena kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 pasang kromosom manusia.
Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah
tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 dan bukan kromosom. Jumlah
yang berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel,
yang akhirnya memunculkan keterbatasan secara intelektual (retardasi mental).
Ciri-ciri
yang biasa terlihat dari anak yang mengalami down syndrome mulai dari lemah otot, muka yang bulat
dan bentuk mata yang ke atas (Mongolian face), bentuk telinga yang
abnormal, lidah yang tebal agak pendek dan sebagainya. Karena hal itulah anak
yang down
syndrome sering kali dipandang sebagai anak yang tidak bisa
berkembang dan menorehkan prestasi dibandingkan anak normal yang lainnya.
Namun,
seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan juga kesehatan, semakin
banyak orangtua yang memahami kondisi atau keterbatasan anaknya, sehingga
membuahkan berbagai keberhasilan baik dalam hal mengasuh atau mengatasi kendala
sehari–hari, maupun dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anaknya yang
memiliki down
syndrome.
Banyak hal
yang sebenarnya dapat digali dan dicapai oleh anak down syndrome, apalagi
dengan semakin majunya ilmu pengetahuan yang menghasilkan dukungan seperti
terapi yang mampu meningkatkan kemampuan, kemandirian, keterampilan dan
produktivitas penyandang down sydrome misalnya terapi fisik, terapi wicara,
terapi okupasi dan terapi emosi dan perilaku. Untuk itu, perlu dijelajahi
segala kemungkinan untuk menemukan apa yang mereka sukai dan apa yang dapat
mereka lakukan. Mereka hanya membutuhkan dorongan, kesempatan serta
fasilitas, untuk dapat mencapai kapasitas yang optimal dan menjalani hidup
mandiri dengan apa yang menjadi kelebihannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan
mereka dapat memiliki keunggulan dan keterampilan tertentu hingga berprestasi.
Sangat
dibutuhkan penerimaan yang baik dari segenap keluarga, dan lingkungan, agar
mereka merasa nyaman, merasa dicintai, merasa dihargai dan merasa dipahami. World
Down Syndrome Day!
Sel Punca untuk penderita Down Syndrome
Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (LPT Unair)
menemukan teknologi sel punca itu setidaknya memiliki enam manfaat untuk tubuh,
yaitu perbaikan ortopedi, patah tulang, penyakit ganas atau hematopoietic,
tendon atau otot, epithelial, dan mencegah serangan jantung. Bahkan,
diperkirakan bisa menolong orang yang remuk tulang pascakecelakaan.
Salah satu
cara pengambilan sel punca dari tali pusat bayi, setelah proses kelahiran
dilakukan. Tali pusat tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diproses
dalam waktu 6-48 jam. Cara proses dengan membuang bagian pembuluh darah tali
pusat, lalu tali pusat dipotong dan dibersihkan beberapa kali.
Sel punca ini
lalu dipisahkan dari sel lain, kemudian dibiakkan dalam inkubator atau
ditempelkan pada jaringan sasaran. Sel punca tersebut kemudian akan tumbuh dan
membentuk sesuai dengan yang diharapkan. Sel punca juga bisa didapatkan dari
tulang sumsum milik penderita yang dianggap masih baik atau mengambil sampel
sumsum dari famili dekat.
“Kami melihat
potensi pasar pengembangan stem cell ini sangat baik, terutama untuk
pasien-pasien penyakit degeneratif,” kata Fedik dari LPT Unair, Kamis (17/10).
Fedik juga
mengungkapkan pemanfaatan teknologi stem cell pada ortopedi sudah dilakukan
sejak 1998.
“Dengan
sedikit memodifikasi teknologi stem cell, bisa lebih cepat lagi penyembuhannya.
Penyembuhannya kalau dengan menggunakan pengobatan biasa bisa tiga bulan,
tetapi dengan menggunakan stem cell hanya satu bulan,” ujar Fedik.
Menurutnya
yang sudah dilakukan dengan menggunakan stem cell di Surabaya adalah terapi
ortopedi, perbaikan patah tulang, perbaikan hematopoietic, perbaikan tendon dan
epithelial, serta pada penderita serangan jantung.
Sayangnya,
teknologi stem cell itu memiliki cerita kegagalan juga. Terlepas dari kegagalan
yang sempat terjadi, masih banyak orang menggantungkan harapan pada teknologi
ini.
Baru-baru
ini, dua orang penderita aids di Amerika Serikat dikabarkan mengalami
pencerahan dari terapi stem cell. Meskipun belum bisa dikatakan berhasil,
setidaknya mereka sudah dianggap tak perlu menjalani pengobatan meminum
antiretroviral lagi, serta tak ditemukan adanya infeksi virus HIV, penyebab
aids di tubuh mereka. Timothy Henrich dan Daniel Kuritzkes dari Universitas
Harvard dan Rumah Sakit Wanita di Boston menyampaikan, kalau mereka sempat
mengambil darah dua orang tersebut tahun 2012 lalu.
“Tak terlacak
lagi virus HIV di tubuh mereka setelah menjalani transplantasi sumsum untuk
mengganti organ kanker mereka dengan sel yang sehat,” Henrich memaparkan.
Tak hanya untuk
kemungkinan pengobatan penyakit aids, terapi stem cell kini bahkan berkembang
untuk penyembuhan autisme dan down syndrome.
Menurut Ratna
Djuwita, pakar stem cell untuk penyembuhan down syndrome menyatakan, kalau sel
punca akan membantu memperbaiki proses neuron dan sinyal yang keliru pada
sistem saraf pusat.
“Bagi penderita
autis, pengobatan sel punca umumnya didampingi psikolog. Perkembangan matanya
selalu diawasi karena dari sini akan terlihat perkembangan kemampuan
berinteraksi,” tutur Ratna.
Kini pengobatan
tersebut mulai diyakini memiliki prospek cerah. Mengingat makin banyaknya anak
yang terbebas dari autis pascamenjalani terapi.
(Sumber : Sinar Harapan)
@@@@@
Semoga saja penderita down syndrome dapat ditangani
dengan baik seiring dengan
pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Serta didukung keikhlasan
hati para orang tua yang begitu sabar terhadap kondisi si anak yang menderita down syndrome. Karena perlu diingatkan
kembali, bahwa penderita down syndrome
hanya membutuhkan keikhlasan hati, serta kesabaran untuk dapat menerima mereka
dengan baik dan positif.
Sedikit informasi untuk sobat semua, jika ingin
melakukan penyimpanan tali pusat bayi yang nantinya dapat berfungsi untuk
menyembuhkan penyakit dari si bayi (kemudian hari) salah satunya adalah down syndrome, dapat datang ke Gedung
UOB di Thamrin lt.31, Penyimpanan darah tali pusat CordLife Indonesia (pernah kerja di situ, hehehe). Pendaftaran
untuk melakukan penyimpanan biasa dilakukan saat si bunda masih dalam kondisi
hamil di bawah 6 bulan ya…
Berharap tulisan ini dapat bermanfaat untuk
sobat semua
“with love”
-bundanyasibule-
22032014